Mengenal Anxiety Disorder: Jenis, Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Amelia Putri

Health

anxiety disorder

Anxiety disorder atau ganguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang paling umum dialami masyarakat. Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas berlebihan yang terus-menerus dan sulit dikontrol. Jika dibiarkan, anxiety disorder bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya.

Sayangnya, banyak orang yang mengalami gejala anxiety disorder enggan mencari pertolongan. Mereka mungkin merasa malu, tidak menyadari bahwa yang mereka alami adalah suatu gangguan, atau tidak tahu harus mencari bantuan ke mana. Padahal, ada banyak pilihan pengobatan efektif yang tersedia untuk mengatasi anxiety disorder.

Melalui artikel ini, kita akan membahas lebih mendalam tentang apa itu anxiety disorder, jenis-jenisnya, faktor penyebab, gejala yang muncul, hingga opsi penanganan yang bisa dilakukan. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan semakin banyak penderita anxiety disorder yang berani mencari pertolongan agar bisa kembali menjalani hidup yang berkualitas.

Apa itu Anxiety Disorder?

Anxiety disorder adalah kondisi kesehatan mental di mana seseorang merasakan ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan dan terus-menerus. Perasaan ini seringkali tidak sebanding dengan situasi yang dihadapi dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Gangguan kecemasan berbeda dengan rasa cemas biasa yang wajar dialami setiap orang. Jika kamu mengalami gangguan kecemasan, rasa cemas yang kamu alami:

  • Terasa berlebihan dan tidak sesuai situasi
  • Mengganggu kemampuanmu menjalani aktivitas normal sehari-hari

Gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan mental yang paling umum terjadi. Sekitar 30% orang dewasa pernah mengalaminya di suatu titik dalam hidup mereka. Meski begitu, jangan khawatir! Gangguan kecemasan dapat ditangani dengan berbagai terapi psikologis.

Apa Saja Jenis-Jenis Gangguan Kecemasan?

Ada beberapa jenis gangguan kecemasan (anxiety disorder), yaitu:

1. Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder/GAD)

Gangguan kecemasan umum ditandai dengan rasa khawatir yang terus-menerus dan berlebihan terhadap berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari. Kekhawatiran ini seringkali sulit dikontrol dan mengganggu aktivitas. Gejala fisik yang menyertai bisa berupa gelisah, mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, otot tegang, atau gangguan tidur.

2. Gangguan Panik (Panic Disorder)

Ciri utama gangguan panik adalah serangan panik berulang yang muncul tiba-tiba. Saat mengalami serangan panik, penderita merasakan kombinasi gejala fisik dan psikologis yang sangat tidak nyaman, seperti jantung berdebar kencang, berkeringat, gemetar, sesak napas, nyeri dada, pusing, mual, takut kehilangan kendali, bahkan takut mati.

3. Fobia Spesifik

Fobia spesifik adalah rasa takut yang berlebihan dan menetap terhadap objek atau situasi tertentu. Contohnya takut ketinggian, takut terbang, takut binatang seperti laba-laba atau ular. Penderita fobia spesifik sadar ketakutan mereka berlebihan, tapi tetap tidak bisa mengatasinya. Ketakutan ini sangat mengganggu hingga penderita berusaha keras menghindari pemicu fobia.

Baca Juga:  Memahami Skizofrenia, Gangguan Mental yang Sering Disalahpahami

4. Agorafobia

Agorafobia adalah ketakutan berada dalam situasi di mana sulit melarikan diri atau mendapat pertolongan jika terjadi serangan panik. Penderita agorafobia takut berada di tempat umum seperti transportasi umum, ruang tertutup, keramaian, atau sendirian di luar rumah. Mereka aktif menghindari situasi ini atau melewatinya dengan kecemasan berat.

5. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)

Gangguan kecemasan sosial ditandai dengan rasa takut dan cemas yang intens saat berada dalam situasi sosial karena khawatir diamati atau dinilai negatif oleh orang lain. Penderita gangguan ini berusaha menghindari situasi sosial atau menjalaninya dengan kecemasan berat. Gejala fisik yang menyertai bisa berupa malu, berkeringat, gemetar, atau jantung berdebar.

6. Gangguan Kecemasan Perpisahan (Separation Anxiety Disorder)

Gangguan kecemasan perpisahan umumnya terjadi pada anak-anak, tapi bisa juga dialami orang dewasa. Penderita merasakan kecemasan berlebih saat berpisah dari figur lekat seperti orang tua. Mereka sangat takut figur lekat akan celaka atau tidak kembali. Anak dengan gangguan ini mungkin menolak sekolah atau tidur sendiri.

7. Mutisme Selektif

Mutisme selektif adalah gangguan di mana anak tidak mau bicara pada situasi sosial tertentu meski sebenarnya mampu bicara. Anak dengan mutisme selektif bicara normal dengan keluarga dekat di rumah, tapi sering tidak mau bicara di depan orang lain termasuk teman dekat. Kondisi ini bisa mengganggu komunikasi sosial dan prestasi akademik.

anxiety disorder

Gejala-Gejala Gangguan Kecemasan

Setiap jenis gangguan kecemasan (anxiety disorder) memiliki gejala yang berbeda-beda. Namun secara umum, seseorang dengan gangguan kecemasan akan mengalami kombinasi gejala fisik dan psikologis berikut ini:

Gejala Fisik

  • Jantung berdebar atau berdetak kencang
  • Berkeringat berlebihan
  • Gemetar atau menggigil
  • Sesak napas atau merasa tercekik
  • Nyeri dada
  • Pusing, lemas, atau merasa akan pingsan
  • Mual atau nyeri perut
  • Kesemutan atau mati rasa
  • Merasa kedinginan atau kepanasan
  • Merasa seperti “di luar tubuh”

Gejala Psikologis

  • Rasa takut atau panik yang berlebihan dan sulit dikendalikan
  • Khawatir berlebihan tentang berbagai hal
  • Sulit berkonsentrasi atau fokus
  • Mudah tersinggung atau gelisah
  • Merasa tegang atau seperti di ujung tanduk
  • Selalu mengantisipasi akan terjadi hal buruk
  • Menghindari situasi pemicu kecemasan
  • Kesulitan tidur karena pikiran yang berlebihan

Gejala spesifik bisa bervariasi tergantung pada jenis gangguan kecemasan yang dialami:

1. Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder/GAD)

Gejala utama GAD adalah kekhawatiran berlebih yang berlangsung hampir setiap hari selama minimal 6 bulan. Fokus kekhawatiran bisa berubah-ubah, mulai dari hal sepele hingga masalah besar.

Orang dengan GAD sulit mengendalikan kekhawatirannya dan mengalami gejala fisik seperti mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, otot tegang, dan gangguan tidur.

2. Gangguan Panik (Panic Disorder)

Gejala khas gangguan panik adalah serangan panik berulang yang datang tiba-tiba. Saat serangan panik, penderita mengalami gejala fisik dan psikologis intens seperti jantung berdebar, berkeringat, gemetar, sesak napas, nyeri dada, pusing, mual, takut kehilangan kendali, dan takut mati.

Baca Juga:  7 Obat Keputihan di Apotik yang Paling Ampuh dan Aman

Serangan panik bisa terjadi beberapa kali sehari hingga hanya beberapa kali setahun. Penderita sering khawatir kapan serangan berikutnya akan muncul.

3. Fobia Spesifik

Gejala fobia spesifik adalah rasa takut intens terhadap objek atau situasi spesifik, misalnya takut terbang, takut ketinggian, atau takut binatang tertentu.

Saat berhadapan dengan pemicu fobia, penderita akan mengalami gejala kecemasan berat seperti jantung berdebar, berkeringat, dan gemetar. Mereka menyadari ketakutan mereka berlebihan tapi tetap tidak bisa mengatasinya. Penderita akan berusaha keras menghindari pemicu fobia.

4. Agorafobia

Gejala agorafobia adalah rasa takut berada di tempat atau situasi di mana sulit melarikan diri atau mendapat pertolongan jika terjadi serangan panik. Situasi yang dihindari bisa berupa transportasi umum, keramaian, ruang tertutup, antre, atau berada sendirian di luar rumah. Penderita agorafobia berat bahkan bisa sampai tidak mau keluar rumah sama sekali.

6. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)

Gejala gangguan kecemasan sosial adalah rasa takut dan cemas berlebihan saat berada dalam situasi sosial. Penderita sangat khawatir akan dipermalukan, dihakimi negatif, atau ditolak orang lain. Mereka berusaha menghindari situasi sosial atau menjalaninya dengan kecemasan berat.

Gejala fisik yang menyertai bisa berupa malu, berkeringat, gemetar, jantung berdebar, atau bicara terbata-bata.

6. Gangguan Kecemasan Perpisahan (Separation Anxiety Disorder)

Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak tapi bisa juga dialami orang dewasa. Gejalanya adalah rasa cemas berlebihan saat berpisah dengan figur lekat, biasanya orang tua. Penderita sangat takut figur lekat akan celaka atau tidak kembali. Anak dengan gangguan ini mungkin menolak sekolah atau tidur sendiri.

7. Mutisme Selektif

Gejala mutisme selektif adalah tidak mau bicara pada situasi sosial tertentu meski sebenarnya mampu. Anak dengan kondisi ini mungkin bicara normal di rumah tapi menolak bicara di sekolah atau tempat lain. Mutisme selektif sering disertai rasa malu, takut dipermalukan, dan kecemasan sosial tinggi.

Jadi, gejala gangguan kecemasan bisa berupa kombinasi gejala fisik dan psikologis yang mengganggu fungsi sehari-hari. Gejala spesifik tergantung pada jenis gangguan kecemasan yang dialami. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini hingga mengganggu kualitas hidup, segeralah konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan

Penyebab pasti gangguan kecemasan belum sepenuhnya diketahui, namun para peneliti menemukan bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan dalam meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini 

1. Faktor Genetik

Gangguan kecemasan dapat diturunkan dalam keluarga, yang menunjukkan adanya peran faktor genetik. Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan, risiko Anda untuk mengalami kondisi serupa lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Meski demikian, memiliki gen terkait tidak serta-merta berarti Anda pasti akan mengalami gangguan kecemasan. Faktor lain seperti stres lingkungan, kepribadian, dan pengalaman hidup juga turut berperan.

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa gen dan interaksi kompleks antar gen dapat memengaruhi risiko gangguan kecemasan. Gen-gen ini diduga berperan dalam regulasi neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin yang berkaitan dengan suasana hati dan respons terhadap stres. Namun, mekanisme pastinya masih terus diteliti lebih lanjut.

Baca Juga:  Mengenal Tekanan Mental: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

2. Faktor Lingkungan dan Pengalaman Hidup

Berbagai faktor lingkungan dan pengalaman hidup, terutama yang penuh stres atau traumatis, dapat memicu gangguan kecemasan pada individu yang rentan. Beberapa contohnya meliputi:

  • Pengalaman traumatis di masa kecil seperti pelecehan, penelantaran, atau kehilangan orang tua
  • Stres akibat peristiwa hidup yang berat, misalnya perceraian, kehilangan pekerjaan, atau diagnosis penyakit serius
  • Pola asuh yang terlalu mengontrol atau overprotektif
  • Tuntutan pekerjaan atau akademis yang sangat tinggi
  • Isolasi sosial atau kesulitan dalam hubungan interpersonal
  • Paparan terhadap kekerasan atau ancaman keselamatan jiwa

Mekanisme bagaimana stres dan trauma berkontribusi terhadap gangguan kecemasan masih terus diteliti. Salah satu hipotesisnya adalah pengalaman tersebut menyebabkan perubahan dalam otak, terutama di area yang mengatur respons terhadap rasa takut seperti amigdala. Perubahan ini dapat membuat otak lebih reaktif terhadap stres di kemudian hari.

3. Faktor Kepribadian

Beberapa ciri kepribadian juga dikaitkan dengan risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan, di antaranya:

  • Kepribadian pencemas (neuroticism) yang cenderung mudah khawatir, tegang, dan emosional
  • Perfeksionisme dan standar diri yang terlalu tinggi
  • Penghindaran terhadap bahaya atau ketidakpastian
  • Introvert atau kesulitan dalam situasi sosial
  • Harga diri rendah dan pola pikir negatif

Ciri-ciri kepribadian ini dapat membuat seseorang lebih sulit mengatasi stres dan cenderung mempersepsikan situasi sebagai lebih mengancam dari yang sebenarnya. Meski demikian, memiliki kepribadian tersebut tidak berarti pasti akan mengalami gangguan kecemasan. Banyak individu dengan ciri kepribadian ini yang tetap sehat secara mental.

4. Kondisi Kesehatan Fisik

Beberapa kondisi medis fisik juga dapat menyebabkan gejala kecemasan atau memperburuk gangguan kecemasan yang sudah ada sebelumnya. Contohnya meliputi:

  • Penyakit jantung atau paru-paru
  • Gangguan tiroid atau hormon lainnya
  • Efek samping obat-obatan tertentu
  • Penyalahgunaan atau putus zat (alkohol, nikotin, kafein, dll)
  • Gangguan saraf seperti vestibular disorder yang menyebabkan pusing/vertigo

Gejala fisik yang ditimbulkan kondisi medis tersebut dapat memicu kekhawatiran berlebih pada individu yang rentan. Di sisi lain, kecemasan juga dapat memperburuk gejala fisik yang sudah ada.

Jadi, gangguan kecemasan kemungkinan besar disebabkan oleh interaksi rumit berbagai faktor risiko, baik genetik, lingkungan, psikologis, maupun fisik. Faktor-faktor ini saling memengaruhi dengan cara yang kompleks dan berbeda pada tiap individu.

Meski Anda mungkin tidak dapat mengubah faktor genetik dan pengalaman masa lalu, mengenali dan mengatasi pemicu stres saat ini dengan bantuan profesional dapat membantu mencegah atau mengelola gejala gangguan kecemasan.

Diagnosis dan Pengobatan Gangguan Kecemasan

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan tidak ada masalah fisik yang menyebabkan gejala. Jika didiagnosis mengalami gangguan kecemasan, dokter akan merujuk ke profesional kesehatan mental untuk menentukan penanganan terbaik.

Meski banyak penderita enggan mencari bantuan, pengobatan terbukti efektif memperbaiki gejala. Penanganan utama gangguan kecemasan adalah psikoterapi (terutama cognitive-behavioral therapy/CBT) dan obat-obatan seperti antidepresan, antiansietas, dan beta blocker. Keduanya bisa diberikan secara terpisah atau dikombinasikan.

Selain itu, penderita juga bisa melakukan teknik manajemen stres seperti olahraga dan meditasi, mengikuti kelompok pendukung (support group), mempelajari lebih jauh tentang gangguan yang dialami, mengedukasi keluarga dan teman, menghindari kafein, serta berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan.

Gangguan Terkait Kecemasan Lainnya

Beberapa gangguan mental lain yang berkaitan dengan kecemasan adalah:

  • Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
  • Gangguan stres akut
  • Gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
  • Gangguan penyesuaian

Jadi, anxiety disorder (gangguan kecemasan) adalah masalah kesehatan mental yang umum terjadi namun sangat mengganggu kehidupan penderitanya. Meski begitu, jangan khawatir! Dengan diagnosis yang tepat dan penanganan dari profesional yang kompeten, gangguan kecemasan dapat diatasi.

Jangan ragu untuk mencari pertolongan jika kamu atau orang terdekatmu mengalami gejala-gejala anxiety disorder. Dengan penanganan yang tepat, kualitas hidup penderita bisa meningkat pesat dan mereka bisa kembali menjalani hidup yang produktif. Semangat!

Referensi:

Popular Post

jurusan di stan yang sepi peminat

Inilah Jurusan di STAN yang Sepi Peminat, Kesempatan Lulus Lebih Besar?

Nayla Azeera

Jurusan di STAN yang sepi peminat karena promosi kurang, standar ketat dan dianggap kurang prospek. Meski begitu, sepi peminat justru memberi banyak keuntungan.

ayam bangkok klasik

Mengenal Ayam Bangkok Klasik, Sang Raja Ayam dari Thailand

Fauzi Syahrial

Ayam bangkok klasik adalah jenis ayam aduan tangguh yang berasal dari Thailand. Ayam ini terkenal sebagai petarung ulung dan pukulannya yang mematikan.

skintific 5x ceramide

Review Skintific 5X Ceramide Barrier Repair Moisture Gel, Solusi Terbaik untuk Skin Barrier Anda!

Nayla Azeera

Review Skintific 5X Ceramide, moisturizer berkandungan 5 jenis ceramide terbukti efektif memperbaiki skin barrier dan memberi kelembapan maksimal bagi kulit

kenapa orang tua tidak mengerti perasaan anak

5 Sebab Kenapa Orang Tua Tidak Mengerti Perasaan Anak

Fauzi Syahrial

Alasan kenapa orang tua tidak mengerti perasaan anak antara lain karena masalah pribadi, kesibukan, dan pola asuh kuno. Berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak

cara menghilangkan bau badan

9 Cara Menghilangkan Bau Badan Secara Alami dan Efektif

Nayla Azeera

Cara menghilangkan bau badan antara lain dengan mandi 2 kali sehari, menggunakan sabun anti bakteri, deodoran, mencukur bulu ketiak, memilih bahan pakaian

ciri-ciri kucing hamil

Ciri-Ciri Kucing Hamil dan Cara Merawatnya Hingga Melahirkan

Helda Gusti

Mengenali ciri-ciri kucing hamil penting untuk memberi perawatan yang optimal bagi sang induk dan calon bayinya. Tanda-tanda seperti pembesaran putting susu,