Keputihan merupakan masalah kesehatan yang sangat umum dialami oleh kaum wanita. Diperkirakan sekitar 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali sepanjang hidupnya. Namun, tidak semua wanita menyadari bahwa keputihan yang dialaminya tidak normal dan justru mengabaikannya.
Padahal, keputihan yang berlebihan dan disertai perubahan warna atau bau dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan reproduksi yang serius.
Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita untuk memahami seluk-beluk keputihan agar bisa segera mengenali tanda-tanda bahaya dan mendapatkan penanganan medis yang tepat. Yuk, simak penjelasan lengkap tentang keputihan pada wanita berikut ini!
Pengertian Keputihan
Keputihan adalah kondisi saat lendir atau cairan keluar dari vagina. Cairan ini sebagian besar terdiri dari sel-sel yang mati dan bakteri. Secara alami, tubuh memproduksi cairan ini untuk membersihkan dan melumasi vagina, serta melindunginya dari infeksi.
Jadi sebenarnya, keputihan merupakan mekanisme alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kesehatan organ kewanitaan. Namun, peningkatan produksi atau perubahan karakteristik cairan vagina bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan.
Jenis-Jenis Keputihan
Secara umum, keputihan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Keputihan Fisiologis (Normal)
Keputihan fisiologis adalah keputihan dalam batas normal yang dialami sebagian besar wanita. Ciri-cirinya antara lain:
- Jumlahnya sedikit, tidak sampai membasahi celana dalam
- Berwarna putih atau bening
- Tekstur cairan tipis dan licin
- Tidak berbau atau tidak mengeluarkan bau menyengat
- Tidak menimbulkan rasa gatal atau iritasi
Keputihan jenis ini dipengaruhi oleh fluktuasi hormon estrogen dalam siklus menstruasi. Biasanya akan lebih banyak dan kental menjelang ovulasi dan saat menstruasi. Faktor lain seperti kehamilan, stres, dan aktivitas seksual juga bisa memicu peningkatan produksi cairan vagina.
2. Keputihan Patologis (Abnormal)
Keputihan patologis adalah keputihan yang tidak normal dan biasanya disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, atau parasit di vagina. Ciri-cirinya antara lain:
- Jumlahnya banyak, sampai membasahi celana dalam
- Berbau amis atau anyir
- Berwarna putih kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan
- Konsistensi kental seperti keju
- Menimbulkan rasa gatal, iritasi, atau terbakar di vagina
Keputihan jenis ini bisa menjadi gejala dari penyakit menular seksual seperti klamidia, gonore, dan trikomoniasis. Selain itu, keputihan abnormal juga bisa menandakan infeksi jamur kandida, kanker leher rahim atau rahim, dan penyakit radang panggul.
Faktor Penyebab Keputihan
Lalu apa saja faktor-faktor yang bisa menyebabkan keputihan? Berikut penjelasannya:
1. Infeksi
Infeksi oleh jamur, bakteri, maupun parasit merupakan penyebab paling umum dari keputihan abnormal. Beberapa jenis infeksi yang sering ditemukan antara lain:
- Kandidiasis : infeksi jamur Candida albicans di vagina
- Vaginosis bakterial : infeksi bakteri anaerob di vagina
- Klamidia dan gonore : infeksi bakteri menular seksual
- Trikomoniasis : infeksi parasit Trichomonas vaginalis
2. Ketidakseimbangan Hormon
Fluktuasi hormon estrogen dapat memengaruhi ketebalan dinding vagina serta produksi lendir oleh kelenjar di vagina. Ketidakseimbangan hormon biasanya terjadi pada:
- Menjelang dan saat menstruasi
- Saat hamil dan menyusui
- Mendekati masa menopause
- Penggunaan alat kontrasepsi hormonal
3. Iritasi
Iritasi pada vagina akibat penggunaan pewangi atau sabun yang terlalu kuat, celana dalam yang ketat, atau alat kontrasepsi tertentu bisa memicu peningkatan produksi lendir.
4. Hubungan Seksual
Aktivitas seksual, terutama tanpa pelindung, berisiko menularkan infeksi menular seksual yang bisa menyebabkan keputihan abnormal. Selain itu, iritasi akibat hubungan seksual kasar juga bisa memicu keputihan.
5. Penyakit Sistemik
Penyakit sistemik seperti diabetes dan penurunan daya tahan tubuh juga bisa meningkatkan risiko infeksi vagina yang menyebabkan keputihan patologis.
6. Kebersihan Vagina yang Buruk
Kurangnya kebersihan vagina bisa membuat bakteri dan jamur berkembang biak sehingga menyebabkan infeksi. Membersihkan vagina dari arah belakang ke depan juga berisiko memasukkan kotoran dari anus ke vagina.
7. Benda Asing
Benda asing seperti tampon yang tertinggal terlalu lama di vagina bisa menyebabkan iritasi dan infeksi.
Gejala yang Menyertai Keputihan
Gejala yang muncul pada penderita keputihan bergantung pada penyebabnya. Berikut gejala umum yang kerap dikeluhkan:
1. Perubahan Karakteristik Cairan Vagina
- Bau menyengat, amis, atau anyir
- Lebih banyak dan encer dari biasanya
- Berwarna putih kekuningan, keabu-abuan, coklat, atau kehijauan
- Konsistensi kental seperti keju
2. Rasa Tidak Nyaman di Vagina
- Gatal-gatal
- Terbakar dan perih saat buang air kecil
- Rasa panas di dalam vagina
3. Perdarahan di Luar Siklus Menstruasi
- Bercak darah di celana dalam
- Pendarahan setelah berhubungan seks
4. Nyeri pada Organ Panggul
5. Demam, Sakit Kepala, dan Kelelahan
Gejala sistemik ini lebih sering muncul pada infeksi bakteri dan parasit dibanding jamur.
Diagnosis Keputihan
Untuk mendiagnosis penyebab keputihan, dokter biasanya akan melakukan:
1. Anamnesis
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami, riwayat menstruasi, aktivitas seksual, penyakit sistemik, dan obat-obatan yang dikonsumsi. Informasi ini membantu dokter memperkirakan apakah keputihan normal atau abnormal.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada vagina, vulva, dan leher rahim untuk melihat adanya peradangan, luka, atau massa.
3. Pemeriksaan Sampel Cairan Vagina
Sampel cairan vagina diambil dengan cotton bud untuk diperiksa di bawah mikroskop. Dokter bisa melihat adanya jamur, bakteri, atau parasit penyebab infeksi.
4. Tes pH Vagina
Tes pH vagina dilakukan dengan menempelkan kertas indikator pH pada dinding vagina. Hasilnya bisa membantu mendiagnosis jenis infeksi vagina.
5. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Beberapa tes penunjang lain yang bisa dilakukan antara lain kultur cairan vagina, tes darah, USG, dan biopsi jaringan vagina.
Pengobatan untuk Keputihan
Jenis pengobatan yang diberikan tergantung pada hasil diagnosis penyebab keputihan. Beberapa opsi pengobatan antara lain:
1. Anti jamur
Obat anti jamur seperti klotrimazol dan flukonazol diberikan untuk mengatasi keputihan akibat kandidiasis. Tersedia dalam bentuk krim, tablet, atau suppositoria vagina.
2. Antibiotik
Antibiotik jenis metronidazol dan klindamisin digunakan untuk mengatasi keputihan karena vaginosis bakterial dan beberapa infeksi menular seksual.
3. Antiparasit
Obat tinidazol atau metronidazol diberikan jika keputihan disebabkan parasit seperti pada kasus trikomoniasis.
4. Hormonal
Suntikan atau krim progesterone bisa diberikan untuk mengatasi keputihan akibat ketidakseimbangan hormon.
5. Obat Antiinflamasi
Obat ini mengurangi peradangan pada vagina. Biasanya dikombinasikan dengan terapi antibiotik atau antijamur.
6. Douching
Pembersihan vagina dengan larutan antiseptik atau asam borat diresepkan jika ada iritasi atau luka di vagina. Pastikan mengikuti anjuran dokter dalam menggunakan obat-obatan tersebut agar keputihan bisa sembuh total. Hindari pengobatan sendiri karena bisa memperparah kondisi.
Mencegah Kekambuhan Keputihan
Setelah menjalani pengobatan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kekambuhan keputihan:
- Jaga kebersihan vagina dengan cara yang benar, yaitu membersihkan bagian luar saja dengan air bersih dan sabun pH netral.
- Kenakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan celana longgar dari bahan katun.
- Segera ganti pakaian dalam jika terasa lembab.
- Hindari pencucian vagina dengan air sabun atau cairan pembersih vagina.
- Kurangi konsumsi gula, karbohidrat, dan alkohol yang bisa memicu pertumbuhan jamur.
- Minum probiotik untuk menjaga keseimbangan mikroflora vagina.
- Lakukan tes IMS dan periksa kesehatan pasangan jika keputihan disebabkan penyakit menular seksual.
- Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi minimal 1 tahun sekali.
Komplikasi Bila Keputihan Dibiarkan
Mengabaikan gejala keputihan abnormal bisa berisiko menimbulkan komplikasi kesehatan yang lebih serius. Beberapa di antaranya:
- Infeksi menyebar ke organ panggul lainnya (radang panggul)
- Infertilitas atau kesulitan kehamilan
- Kehamilan ektopik
- Kanker leher rahim
- Gangguan kehamilan dan persalinan
- Dispareunia atau nyeri saat berhubungan seks
Oleh karena itu, segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami keputihan dengan ciri-ciri abnormal agar penyebabnya bisa segera ditangani. Jangan ragu untuk terbuka menceritakan keluhan yang dirasakan agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Deteksi Dini dan Pencegahan
Deteksi dini sangat penting untuk mengenali tanda-tanda keputihan abnormal. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
- Periksa kondisi cairan vagina secara rutin, terutama warna, bau, tekstur, dan rasa tidak nyaman yang muncul.
- Lakukan tes Pap smear atau tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) secara berkala untuk mendeteksi adanya infeksi atau kelainan pada leher rahim.
- Periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala keputihan abnormal disertai demam, nyeri panggul, atau pendarahan di luar siklus menstruasi.
- Bagi yang aktif secara seksual, lakukan tes IMS secara rutin dan pastikan pasangan juga melakukan tes.
- Jaga daya tahan tubuh dengan pola makan sehat, olahraga teratur, dan istirahat cukup.
Sementara itu, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan abnormal antara lain:
- Menjaga kebersihan area kewanitaan dengan benar, hindari membersihkan bagian dalam vagina.
- Memakai pakaian dalam yang menyerap keringat dan celana tidak ketat.
- Tidak melakukan douching atau pembilasan vagina secara berlebihan.
- Hindari penggunaan sabun atau produk kebersihan dengan bahan iritan.
- Membatasi jumlah dan berganti pasangan seksual.
- Selalu gunakan kondom saat berhubungan seksual.
- Menghindari faktor risiko seperti stres berlebih dan diabetes yang tidak terkontrol.
- Mengkonsumsi yogurt probiotik untuk menjaga keseimbangan flora di vagina.
Dengan melakukan deteksi dini dan pencegahan, risiko terkena keputihan abnormal dapat dikurangi. Jaga terus kesehatan organ reproduksi agar terhindar dari berbagai komplikasi serius.
Kesimpulan
Keputihan merupakan kondisi sangat umum dialami wanita. Meski begitu, tidak semua keputihan berarti normal. Perubahan pada karakteristik cairan vagina bisa menjadi tanda adanya infeksi atau gangguan kesehatan reproduksi yang perlu ditangani.
Waspadai gejala seperti keputihan berlebih disertai perubahan warna, bau, dan rasa tidak nyaman di vagina. Segera berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mendiagnosis penyebab pastinya.
Dengan penanganan yang tepat, keputihan abnormal bisa sembuh dan risiko komplikasinya bisa dicegah.