Dalam hubungan asmara, terkadang pasangan merasa perlu mengambil jarak sejenak dari hubungan mereka. Ini biasanya disebut dengan istilah “break dalam hubungan”, di mana pasangan memutuskan untuk berpisah sementara tanpa memutuskan hubungan secara permanen.
Break dalam hubungan kerap dilakukan saat pasangan merasa jenuh, bosan, atau mengalami masalah dalam hubungan mereka. Break dianggap sebagai jalan tengah antara melanjutkan hubungan yang tidak sehat dengan memutuskannya sama sekali.
Namun, apakah break dalam hubungan benar-benar bekerja? Apakah break akan memperbaiki hubungan atau justru semakin merusaknya?
Apa Itu break dalam hubungan dan tujuannya?
Break dalam hubungan secara sederhana berarti pengambilan jarak sementara dalam hubungan tanpa harus berpisah secara total. Break bukan berarti putus, melainkan jeda untuk mengevaluasi hubungan lebih lanjut.
Biasanya, break dilakukan karena salah satu atau kedua pasangan merasa ada yang kurang dalam hubungan mereka. Mereka butuh waktu untuk introspeksi dan melihat apakah hubungan tersebut pantas untuk dilanjutkan atau tidak.
Alasan melakukan break dalam hubungan
Beberapa alasan umum pasangan melakukan break, antara lain:
- Merasa jenuh dan bosan dengan rutinitas hubungan
- Mengalami banyak pertengkaran tanpa jalan keluar
- Ingin fokus pada hal lain seperti karier atau pendidikan
- Merasa kurang cocok satu sama lain dalam jangka panjang
- Ada masalah besar seperti selingkuh atau perbedaan prinsip
- Ingin mengeksplorasi hubungan dengan orang lain
Pada dasarnya, break memberi kesempatan bagi masing-masing pasangan untuk mengevaluasi perasaan mereka terhadap satu sama lain dan hubungan mereka secara objektif. Dengan begitu, mereka bisa memutuskan apakah ingin melanjutkan hubungan atau tidak ketika break berakhir.
Seberapa sering pasangan melakukan break?
Meski tak ada data pasti, beberapa studi menunjukkan break dalam hubungan romantis cukup umum terjadi.
Berdasarkan hasil riset, sekitar 50% pasangan dewasa muda pernah memutuskan hubungan lalu rujuk kembali minimal sekali. Pola on-off dalam berpacaran ini disebut “relationship churn”.
Sedangkan pada pasangan menikah, diperkirakan 6-18% pernah berpisah untuk sementara waktu selama masa pernikahan mereka meski akhirnya kembali rujuk.
Jadi bisa dikatakan, break dalam hubungan merupakan strategi yang cukup lazim dilakukan pasangan saat menghadapi masalah dalam hubungan. Break dianggap solusi sementara untuk mendinginkan suasana agar bisa berpikir jernih mengenai kelanjutan hubungan.
Apakah break dalam hubungan benar-benar berhasil?
Pertanyaan krusialnya adalah: apakah break dalam hubungan benar-benar membantu memperbaiki hubungan? Sayangnya, tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini.
Beberapa ahli mengatakan break dapat memberi jarak yang dibutuhkan pasangan agar bisa introspeksi dan kembali dengan pikiran yang lebih jernih. Break juga bisa membantu pasangan menyadari apa yang sebenarnya mereka inginkan dalam hubungan.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan pola on-off dalam hubungan asmara justru berdampak negatif bagi hubungan jangka panjang. Pasangan yang terbiasa putus nyambung cenderung kesulitan mempertahankan komitmen dalam hubungan selanjutnya.
Jadi, apakah break ampuh memperbaiki hubungan? Jawabannya tergantung dari masing-masing pasangan. Bagi yang menggunakan break sebagai kesempatan positif untuk belajar dan berkembang, break bisa bermanfaat.
Namun bagi yang hanya ingin lari dari masalah tanpa berusaha memperbaikinya, break justru bisa memperburuk hubungan. Intinya, niat dan implementasi break sangat menentukan apakah break akan berhasil atau tidak.
Kapan waktu yang tepat untuk melakukan break?
Kapan sebaiknya pasangan melakukan break dalam hubungan mereka? Beberapa situasi di bawah ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengambil break:
1. Saat pasangan merasa hubungan terjebak dalam rutinitas
Rutinitas dalam hubungan kerap memicu kejenuhan dan kebosanan. Ambil break untuk refresh dan menghidupkan kembali chemistry di antara pasangan. Selama break, lakukan hal baru bersama teman atau sendiri untuk mengembalikan rasa antusias terhadap hubungan.
2. Ketika pasangan sering bertengkar hebat
Bertengkar adalah hal wajar dalam hubungan. Namun jika pertengkaran sudah sangat sering dan melelahkan emosi, break bisa menjadi solusi. Gunakan break untuk menenangkan diri dan merenungkan penyebab pertengkaran agar bisa menemukan cara mengatasinya.
3. Saat salah satu pasangan ingin fokus pada passion
Jika salah satu pasangan ingin mengejar passion seperti karier atau pendidikan dan merasa hubungan mengganggu, break bisa memberi waktu fokus pada passion tersebut. Setelah passion tercapai dan pasangan siap berkomitmen lagi, hubungan bisa dilanjutkan.
4. Ketika ada masalah besar seperti selingkuh
Masalah besar seperti selingkuh bisa sangat melukai hubungan. Break dibutuhkan agar pasangan bisa menenangkan diri, merenungkan akar masalah, dan memutuskan apakah mau memaafkan dan memperbaiki hubungan atau tidak. Break juga bisa digunakan pasangan pelaku selingkuh untuk introspeksi dan memperbaiki diri.
Aturan dan cara melakukan break yang baik dan benar
Agar break berjalan sukses memperbaiki hubungan, ada beberapa aturan dan cara melakukan break yang perlu diperhatikan:
1. Sepakati tujuan dan aturan main break
Sebelum memulai break, pastikan tujuannya jelas bagi kedua belah pihak. Aturan main seperti boleh kencan orang lain atau tidak juga harus disepakati agar tak ada kesalahpahaman.
2. Tetapkan durasi break
Durasi break juga perlu ditetapkan bersama, misalnya 3 minggu. Ini penting agar ada kepastian kapan akan bertemu dan mengevaluasi hasil break. Jika perlu waktu lebih lama, bisa diperpanjang asalkan disepakati.
3. Gunakan waktu break dengan bijak
Selama break, gunakan waktu untuk introspeksi perasaan masing-masing terhadap hubungan. Lakukan aktivitas yang disukai, luangkan waktu dengan keluarga dan teman. Pelajari hal baru tentang diri sendiri.
4. Tetap berkomunikasi secara sehat
Meski sedang break, tetap berkomunikasi dengan baik jika memang perlu. Jangan gunakan break untuk saling menyakiti atau balas dendam. Fokus pada penyembuhan diri dan hubungan.
5. Evaluasi hasil break
Setelah break berakhir, temui pasangan dan evaluasi apa yang sudah dicapai. Diskusikan langkah selanjutnya, apakah akan kembali bersama atau berpisah untuk selamanya. Apapun hasilnya, tetap menghargai satu sama lain.
Apa hasil akhir dari break? Kembali bersama atau berpisah?
Pada akhir break, ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi:
Kembali bersama
Jika selama break, pasangan menyadari masalah dalam hubungan sebenarnya bisa diatasi dan mereka masih saling mencintai, pasangan bisa memutuskan untuk kembali bersama.
Kuncinya adalah kedua pihak harus berkomitmen untuk terus berusaha memperbaiki hubungan agar lebih sehat dan berkualitas ke depannya. Bila perlu, pasangan juga bisa memanfaatkan bantuan konseling pasangan.
Berpisah untuk selamanya
Sebaliknya, jika selama break pasangan menyadari perbedaan prinsip yang tidak bisa diatasi atau sudah kehilangan chemistry dan rasa cinta, berpisah secara baik-baik bisa menjadi pilihan terbaik.
Meski berat, berpisah secara damai dan penuh pengertian bisa membantu proses move on menjadi lebih sehat bagi masing-masing pihak. Tetap menjaga komunikasi baik pasca putus juga penting demi menjaga persahabatan.
Break dalam Hubungan: Akhiri dengan Keputusan
Break dalam hubungan bisa menjadi strategi yang bermanfaat asalkan dilakukan dengan niat dan cara yang tepat. Break bukan solusi instan, tapi kesempatan bagi pasangan untuk belajar dan berkembang demi memperbaiki hubungan mereka.
Yang terpenting, gunakan break sebagai jeda positif untuk mengevaluasi perasaan masing-masing secara objektif, bukan sebagai alasan melarikan diri dari masalah. Hadapi masalah bersama dengan kepala dingin saat break berakhir.
Akhiri break dengan keputusan yang bijaksana, apapun hasilnya. Lanjutkan hubungan jika masih ada harapan dan cinta, atau berpisah dengan baik-baik jika memang sudah tidak ada lagi chemistry di antara kalian. Break dalam hubungan harus mengantarkan pada sebuah keputusan, bukan menggantungkan hubungan tanpa kepastian.