Putus cinta bisa menjadi salah satu pengalaman paling menyakitkan dalam hidup seseorang. Perasaan sedih, kecewa, marah, dan ingin berteriak rasanya bercampur aduk jadi satu. Apalagi jika diputuskan secara sepihak oleh pasangan.
Bagi sebagian orang, rasa sakitnya akan hilang seiring berjalannya waktu. Namun bagi yang lain, rasa sakit itu justu makin menggerogoti dan sulit untuk diobati.
Mereka yang gagal move on dari mantan biasanya akan mengalami gejala-gejala seperti: sering memikirkan dan mengenang mantan, mimpi buruk tentang mantan, dan menangis atau merasa sedih tiba-tiba jika teringat mantan.
Alhasil, kehidupan sehari-hari jadi terganggu. Sulit berkonsentrasi bekerja, belajar, atau mengurus rumah tangga. Produktivitas dan motivasi juga turun drastis. Yang ada hanyalah perasaan hampa dan tidak bahagia.
Padahal, waktu terus berjalan. Sang mantan mungkin sudah bahagia dengan pasangan baru. Tapi dirinya masih saja terjebak dalam rasa galau tak berujung.
Lantas, mengapa beberapa orang begitu sulit untuk move on dari mantan kekasihnya? Apa saja alasan psikologis di balik gagal move on tersebut?
Dalam artikel ini, kita akan membahas 10 faktor utama yang membuat seseorang gagal move on dari masa lalunya. Semoga dengan memahami akar penyebabnya, kita bisa menemukan cara untuk melepaskan masa lalu dan membuka lembaran baru.
1. Masih berharap bisa balikan dengan mantan
Salah satu alasan utama seseorang gagal move on adalah karena dia masih berharap bisa balikan kembali dengan mantan. Sebagian dari dirinya masih berpegang pada harapan bahwa suatu saat nanti mereka bisa kembali bersama.
Harapan seperti ini membuatnya sulit untuk benar-benar melepaskan mantan dan membuka hati untuk hubungan baru. Ia terus memikirkan mantan dan berandai-andai suatu hari bisa balikan lagi.
Padahal, berharap rujuk kembali dengan mantan justru akan memperlambat proses move on. Apalagi jika mantan sudah punya komitmen baru, kemungkinan besar dia tidak akan mau kembali lagi ke masa lalu.
Jadi, kuncinya adalah meyakinkan diri sendiri bahwa hubungan ini sudah benar-benar berakhir. Walaupun sakit, kita harus berdamai dengan kenyataan bahwa tidak ada harapan untuk balikan lagi. Dengan begitu, kita bisa lebih terbuka untuk cinta dan hubungan baru di masa depan.
2. Putus hubungan tanpa kejelasan
Putus hubungan dengan baik sangat penting agar kita bisa move on. Sayangnya, tidak semua orang mendapat penjelasan mengenai alasan mereka putus.
Misalnya, pasangan memutuskan hubungan secara sepihak tanpa penjelasan yang memadai. Atau, mungkin ada banyak pertanyaan yang masih tersisa seputar penyebab putusnya hubungan.
Ketika closure tidak didapatkan, seseorang akan terus memikirkan alasan putus dan meragukan keputusan mantan. Ia juga sering bertanya-tanya apa kesalahannya sehingga hubungan berakhir begitu saja.
Tanpa kepastian yang jelas, sulit baginya untuk merelakan hubungan tersebut dan melanjutkan hidup. Ia akan terus menerka-nerka dan berandai-andai soal hubungannya yang sudah berakhir itu.
Padahal, kuncinya sebenarnya adalah menciptakan closure sendiri tanpa bergantung pada mantan. Misalnya dengan menulis surat perpisahan atau melakukan ritual melepaskan seperti membakar foto dan kenangan bersama mantan.
Dengan begitu, kita bisa mendapatkan kedamaian batin meskipun tanpa penjelasan langsung dari mantan kita. Kita yang menentukan kapan waktunya untuk move on, bukan orang lain.
3. Memiliki persepsi yang salah tentang mantan
Salah satu kesalahan besar yang membuat seseorang gagal move on adalah memiliki persepsi yang salah tentang mantan pacarnya. Ia cenderung mengingat kenangan indah di masa lalu, dan mengabaikan tanda-tanda bahwa hubungan tersebut tidak sehat.
Misalnya, dia terus terbayang moment romantis dulu tanpa mengingat mantan sering membatalkan janji secara sepihak. Atau, dia berpikir mantan adalah pasangan yang sempurna, padahal faktanya banyak sifat buruk yang ditutup-tutupi.
Dengan persepsi yang salah ini, sulit baginya untuk benar-benar melepaskan hubungan tersebut. Seolah-olah mantan adalah sosok yang sempurna, dan tidak ada yang bisa menggantikannya.
Padahal kenyataannya, setiap hubungan pasti memiliki sisi baik dan buruknya. Dengan melihat kembali fakta yang ada, kita bisa mendapatkan persepsi yang lebih objektif tentang mantan dan hubungan yang sudah berakhir itu.
Jadi latihan yang bagus adalah membuat daftar kenapa hubungan tersebut harus berakhir. Sering tinjau daftar ini agar kita tidak larut dalam kenangan manis yang seringkali tidak akurat itu.
4. Mantan merupakan cinta pertama
Bagi banyak orang, cinta pertama memiliki tempat yang spesial di hati. Karenanya, akan sangat berat hati melepaskan sosok yang menjadi cinta pertama tersebut.
Meskipun hubungan sudah berakhir, kenangan cinta pertama itu masih membekas kuat dalam benaknya. Ia merasa, tidak akan ada yang bisa menggantikan atau semanis cinta pertamanya itu.
Perasaan seperti inilah yang membuatnya sulit untuk membuka hati bagi cinta yang baru. Semua orang yang ditemuinya setelah itu terasa hambar, karena tidak seperti cinta pertamanya dulu. Ia pun akhirnya gagal move on sepenuhnya.
Padahal sebenarnya, cinta pertama tidak selalu berarti cinta sejati atau cinta terakhir. Banyak kisah cinta pertama yang berakhir dengan kepahitan karena pasangan ternyata tidak cocok atau belum siap berkomitmen.
Cinta pertama memang spesial, tapi jangan biarkan itu menghalangi kebahagiaan di masa depan. Masih banyak cinta lain yang bisa kita temukan, asalkan kita berani membuka hati.
5. Selalu menekan dan menghindari rasa sedih
Salah satu tahapan penting dalam move on adalah proses berduka atas berakhirnya hubungan. Saat berduka, kita meluapkan segala emosi sedih, kecewa, marah, yang wajar dirasakan pasca putus cinta.
Sayangnya, banyak orang yang menekan dan menghindari emosi ini. Mereka berpikir bahwa menghindari rasa sakit sama dengan move on. Padahal, menekan emosi justru akan memperlambat proses penyembuhan luka batin.
Orang yang menghindari berduka akan terus dihantui perasaan sedih dan galau tanpa bisa melepaskannya. Ia gagal move on karena tidak pernah benar-benar memproses kerugian akibat putus hubungan itu.
Sebaliknya, dengan mau merangkul emosi negatif yang wajar dirasakan, kita bisa mulai menata kembali hidup pasca putus. Rasa sakitnya tidak akan hilang seketika, tapi lambat laun kita bisa belajar menerimanya dan bangkit lagi.
Jadi, ijinkan diri sendiri untuk berduka dalam proses move on. Curahkan perasaan kepada sahabat dekat, menulis jurnal, atau gunakan terapi yang membuat nyaman. Dengan begitu, kita bisa melepaskan emosi negatif yang membebani.
6. Masih terpaku pada impian masa lalu bersama mantan
Kalau kita sangat mencintai dan memiliki banyak rencana masa depan bersama mantan, wajar saja berat untuk melepaskannya. Rasa kehilangan yang dirasakan bukan hanya kekasih, tapi juga harapan-harapan yang sudah terbangun itu.
Misalnya, ada rencana menikah, punya anak, atau membeli rumah impian bersama. Saat hubungan kandas, impian masa depan itu ikut sirna, dan tentu saja menimbulkan rasa sedih mendalam.
Ketika masih terpaku pada impian masa lalu, seseorang akan kesulitan membayangkan masa depan yang baru tanpa sang mantan. Padahal, masih banyak kesempatan untuk membangun mimpi baru bersama pasangan yang lebih cocok nantinya.
Intinya, jangan berlarut-larut memikirkan sesuatu yang sudah tidak mungkin terjadi. Lepaskan impian masa lalu, dan buka diri untuk memvisualisasikan masa depan yang lebih cerah.
7. Belum bisa membuka hati untuk hubungan baru
Lama setelah putus, banyak orang yang belum bisa membuka hati untuk hubungan baru. Mereka belum memberi kesempatan pada orang lain untuk mengisi relung hatinya.
Beberapa alasannya antara lain masih berharap bisa balikan dengan mantan, atau merasa tidak ada yang bisa menggantikan mantan. Padahal, kuncinya justru membuka diri untuk bertemu orang baru.
Dengan menjalin hubungan baru, kita bisa belajar untuk mencintai dan dicintai oleh orang lain. Perlahan kita bisa melihat bahwa masih ada banyak kesempatan untuk menemukan cinta sejati, bukan hanya pada satu mantan kita saja.
Tentu saja, kita harus memastikan diri sudah siap secara emosional sebelum membuka hati pada orang baru. Jangan terburu-buru hanya karena ingin melupakan mantan. Namun, jika kita sudah siap, jangan takut untuk memberi kesempatan pada cinta yang baru.
8. Selalu tertarik pada tipe pasangan yang sama
Seringkali, seseorang selalu tertarik dan berkencan dengan tipe pasangan yang sama persis dengan mantannya. Misalnya, sangat perhatian tapi tidak bisa berkomitmen jangka panjang.
Pola seperti ini mencerminkan luka batin masa lalu yang belum sembuh. Secara tidak sadar, ia mencari sosok yang sama dengan sang mantan karena terasa “familiar”. Ia berharap kali ini hubungan semacam itu bisa berhasil.
Sayangnya, dengan pasangan yang memiliki pola dan kesalahan yang sama, hubungan barunya pun akan berakhir sama saja. Ia gagal move on dan terjebak dalam loop yang sama berulang-ulang.
Kuncinya adalah introspeksi diri, apa sebenarnya yang kita cari dalam hubungan? Apa pola masa lalu yang mungkin kita ulangi? Dengan memahami diri lebih dalam, kita bisa mencari tipe pasangan yang lebih sehat dan membangun hubungan yang lebih baik.
9. Masih kontak dan stalking akun media sosial mantan
Salah satu kesalahan terbesar yang membuat gagal move on adalah masih sering kontak atau stalking akun media sosial sang mantan.
Entah masih chatting, telpon, atau bertemu secara regular dengan mantan. Atau, mengintip aktivitas mantan lewat Instagram, Facebook, dan platform lainnya.
Kegiatan seperti ini hanya akan membuat tambah sakit hati dan sulit move on. Kita jadi terus terbayang-bayang sosoknya dan bertanya-tanya bagaimana kabarnya, apa yang sedang dilakukannya, atau siapa yang dekat dengannya sekarang.
Memantau mantan secara virtual bukanlah cara yang sehat untuk move on. Sebaliknya, lebih baik putus kontak total agar bisa fokus menata hidup baru tanpa sang mantan.
Hapus nomor mantan, unfollow, block akun mantan kalau perlu, supaya kita tidak tergoda untuk mengintip kabarnya. Dengan begitu, kita bisa perlahan melupakannya dan beralih ke hal positif yang lebih penting.
10. Terlalu ketergantungan pada mantan
Salah satu efek buruk dari hubungan toxic adalah kehilangan jati diri atau losing our own identity. Dalam hubungan semacam itu, seseorang menjadi sangat tergantung pada pasangannya untuk definisi diri, kebahagiaan, dan tujuan hidupnya.
Akibatnya, ketika hubungan itu berakhir, dia kehilangan pegangan dan merasa sangat hampa. Ia bahkan tidak tahu lagi siapa dirinya tanpa sang kekasih. Identitasnya sangat terikat dengan status hubungan tersebut.
Kondisi seperti ini tentu sangat mempersulit proses move on. Sebelum bisa melangkah maju, ia harus menemukan kembali jati dirinya terlebih dahulu sebagai individu yang utuh.
Hal yang bisa dilakukan antara lain meluangkan waktu untuk diri sendiri, mengenali minat dan bakatnya, dan menjalin lagi hubungan dengan kerabat dekatnya. Dengan begitu, ia bisa menemukan tujuan dan identitas baru pasca putus hubungan.
Kesimpulan
Itulah 10 alasan psikologis yang membuat seseorang gagal move on dari mantan pasangannya. Proses move on memang tidak mudah dan memerlukan usaha serta waktu.
Namun, bukan berarti kita akan terjebak selamanya dalam rasa galau atau sendu karena mantan. Dengan introspeksi diri, memahami alasan di balik kesulitan move on, dan mengambil langkah yang tepat, lambat laun kita pasti bisa melepaskan masa lalu dan membuka lembaran baru.
Yang terpenting adalah bersabar pada diri sendiri dan terus mencoba. Perlahan tapi pasti, luka hati bisa sembuh, dan kebahagiaan serta cinta yang baru bisa hadir kembali dalam hidup kita.